Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Pembentukan Karakter dengan MABIT

Kajian : Para peserta MABIT sedang mendengarkan kajian dengan seksama. Sabtu, 23 April 2016, pukul 15.30 WIB, keluarga rohis mengadakan MABIT (Malam Bina Iman dan Takwa) di Sengkaling DAU-Malang tepatnya berada di lantai 2 aula gedung PGIT dan TKIT Al-Ma’un. Acara menginap ini di dalamnya diadakan kajian yang berjudul “Komitmen Muslim Sejati” juga diberikan pengarahan tentang agenda terdekat yaitu SALAM (Studi Aplikatif Manajemen Islam). Di ruangan yang penuh pernak-pernik berwarna-warni ini diisi oleh laki-laki dan perempuan yang duduk secara terpisah. Dalam kalangan rohis, penyebutan untuk kaum laki-laki adalah  ikhwan dan perempuan disebut akhwat. Padahal sebenarnya sebutan itu diambil dari Bahasa Arab. Jadi, bagi mereka hal itu adalah biasa yang orang lain mungkin tidak biasa mendengarnya. Jama’ah ikhwan duduk di depan jama’ah akhwat. Mereka menunggu pemateri dengan tenang namun saling senyum sapa ketika saudara atau saudari mereka mengulurkan tangannya sembari berucap sala

The Miracle of Honesty

Untuk sebagian orang sebuah kata jujur adalah penting dan sebagian lagi jujur adalah hal yang tidak perlu diprioritaskan karena kebohongan atau ketidakjujuran saat ini sudah dianggap wajar. Miris memang ketika kita menyadari hal itu. Padahal tidak ada kata wajar untuk hal-hal yang buruk karena dampak yang ditimbulkan akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Hanya segelintir orang yang menjunjung tinggi kejujuran dan mengingatkan orang lain yang tidak jujur. Mungkin saja kita sudah memikiki sifat jujur, namun kita tetap membiarkan orang lain mengidap penyakit ketidakjujuran ini. Memang, mengingatkan orang lain tidaklah mudah jika diri sendiri saja belum menanamkan sifat jujur. Bagi pelajar, aktivitas ketidakjujuran yang sering diabaikan kerugiannya bahkan menganggapnya sudah biasa dan tidak merasa berdosa adalah “menyontek”. Mengapa mereka tidak merasa berdosa ? Jawabannya adalah “Toh, orang lain juga banyak yang menyontek”. Kalimat tersebut juga mengartikan bahwa “Toh, menyontek i

Sahabat

Menjadi seorang sahabat adalah menjadi seseorang yang ikhlas berbuat baik untuk mereka. Bukan karena ingin dijadikan sebagai sahabat, tetapi karena diri sendirilah yang menganggap mereka sahabat. Bukan untuk mendapatkan imbalan dari mereka, namun ikhlas memberikan apa yang kita punya untuk mereka. Karena ketika kita ikhlas, tak akan ada kata menyesal ketika kita dikecewakan. Bahkan bisa jadi, tidak ada kata kecewa karena mereka adalah sahabat kita. Namun, saat ini ada diposisi manakah kita ? Sebagai sahabat untuk mereka atau dijadikan sahabat oleh mereka ? Yang jelas, yang perlu ditanamankan adalah memberi bukan karena ingin diberi. Sudah sepatutnya kita menebarkan manfaat untuk orang lain dengan harta dan jiwa kita. Singkat kisah, teman saya pernah bercerita. Dia merasa teman-teman disekitarnya tidak menyukainya. Karena ketika dia berbicara dengan mereka selalu ditanggapi dengan senyum palsu. Sempat dia berpikir membalas untuk tidak appreciate terhadap mereka, namun justru itu membu