Berharap
pada manusia memang melelahkan. Ketika orang lain tidak sesuai dengan apa yang
kita harapkan maka akan timbul kekecewaan dan penyakit hati lainnya. Padahal
ketika kita gantungkan semuanya hanya kepada Allaah, tidak akan ada kata
kecewa. Insya Allah hati kita akan ikhlas menerima apa-apa yang Allaah
takdirkan untuk kita. “Hijrah” adalah salah satu kata yang berarti bagi
orang-orang yang ingin menjadi lebih baik. Hijrah dari yang tidak berhijab
menjadi berhijab, dari yang masih berpakaian ketat menjadi berpakaian yang agak
longgar, dari yang masih pakai celana menjadi yang selalu berpakaian jubah,
dari yang tidak memakai kaos kaki menjadi yang selalu pakai kaos kaki. Hijrah
dari yang tadinya belum tergerak untuk berpakaian syar’i menjadi wanita yang
anggun dengan pakaian syar’inya.
Hijrah
tidak lepas dari lingkungan yang mendukung dan orang-orang di sekitar kita yang
selalu mengingatkan. Banyak dari kisah hijrah mereka karena ada peran seseorang
yang mengispirasi. Awalnya tertarik dengan melihat si dia dengan balutan
pakaian syar’inya, ketaatan ibadahnya, baik hati pula. Siapa yang tidak ingin
seperti dia. Kemudian akhirnya bertanya-tanya tentang kisah hijrah si dia,
sejak kapan, kenapa, bagaimana, sampai bertanya tentang pakaian syar’inya, beli dimana,
harganya berapa. Alhamdulillah, kita pun akhirnya berhijrah seperti si dia.
Namun,
ada satu hal yang terkadang kita kebablasan dalam berguru padanya. Kita
berharap penuh untuk dibimbingnya menjadi lebih baik. Padahal dia pun sama yang
setiap harinya masih berproses untuk berhijrah menjadi lebih baik lagi. Ketika
kita melihat kesalahan pada si dia. Ibadahnya mulai melemah, tidak peduli
seperti biasanya, bahkan kadang bikin sebel. Karena melihat si dia seperti itu,
munculah persepsi negatif terhadap orang-orang yang berpakaian syar’i. Beranggapan bahwa orang yang berpakaian syar’i
belum tentu hatinya baik. It’s true.
Tapi
ketika kita jadi ikut-ikutan malas dan berhenti belajar agama, itu yang salah.
Kita terlalu bergantung pada si dia yang sama-sama manusia yang tidak luput
dari salah dan dosa. Iman kita pasti adakalanya naik juga adakalanya turun.
Seperti yang dikatakan Ustadz Syafiq Reza Basalamah, “tidak ada satu hati dari
hati manusia kecuali hati itu memilki awan yang dapat menutupinya. Seperti
rembulan yang cahayanya sangat terang, namun menjadi redup karena tertutupi
oleh awan. Ketika awan itu telah hilang, kembali rembulan itu akan terang
benderang. Seperti itulah lentera yang kita bawa dalam perjalanan panjang ini.”
Ya,
perjalanan kita menuju akhirat akan selalu mengalami dimana ada saatnya kita
sangat rajin dan semangat dalam beribadah dan menuntut ilmu namun adakalanya
juga kita sangat malas untuk beribadah dan menuntut ilmu. Maka, berdo’alah
untuk selalu dikuatkan iman kita. Hanya Allaah tempat kita bergantung. Kita
tidak bisa mengharapkan teman untuk selalu mengingatkan. Karena dia yang
dianggap kuat pun harus terus dikuatkan. La hawla wala quwwata illaa billaah...
Komentar
Posting Komentar