Bismillah...
Kangkung
adalah tanaman sayuran yang digemari oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Biasanya
kangkung dimasak tumis, pecel, dan kalau di desa saya kangkung nikmat untuk
dibuat sambal asam. Makanan yang terdiri dari sayur mayur seperti tauge rebus,
kacang panjang rebus, dan pastinya ada kangkung rebus. Makanan ini tentu tidak
nikmat jika tidak ada sambal. Sambal yang terbuat dari cabai merah, tomat,
terasi, dan tentunya mengapa dinamakan sambal asam karena sambalnya dicampur dengan
asam yang telah direbus terlebih dahulu. Sehingga rasanya itu pedas-pedas asam.
Hehee tapi inti dari tulisan ini bukan tentang sambal asam ya, tapi tentang
Kangkung.
Banyak
hal yang mungkin kita belum tahu tentang tanaman hijau ini. Kangkung dapat hidup
di beberapa habitat, di air, di darat, dan di hutan. Kangkung biasanya
dinamakan sesuai habitatnya, kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk),
kangkung darat (Ipomoea reptans Poir), dan kangkung hutan (Ipomoea
crassiculatus Rob.). Jenis kangkung darat mudah untuk dibudidayakan. Pemeliharaannya
mudah dan memiliki masa panen yang pendek serta memiliki daya adaptasi yang luas
terhadap berbagai macam lingkungan.
Menurut
Polii (2009), kangkung memiliki kandungan gizi yang lengkap, diantaranya
protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium,
vitamin A, B, C, dan karoten. Selain itu, tanaman kangkung berfungsi sebagai
tanaman obat untuk menyembuhkan sembelit, menenangkan syaraf, dan obat penyakit
wasir (Sawasemariai, 2012).
Tanaman
kangkung walaupun dapat tumbuh di mana saja namun kangkung juga membutuhkan
pupuk. Lebih baik memakai pupuk organik, baik itu padat maupun cair. Menurut
Handisuwito (2007), pemakaian pupuk organik cair dinilai dapat secara cepat
mengatasi kekurangan unsur hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Salah
satu pupuk organik cair yang dapat digunakan adalah pupuk organik cair alga
cokelat.
Ekstrak
alga memiliki keunggulan dibanding pupuk lainnya seperti pupuk kompos, karena
ekstrak alga bersifat biodegradable, tidak beracun, non-polusi dan tidak
berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, mengandung nutrisi, asam amino,
vitamin, sitokinin, trace elements (Fe, Cu, Zn, Co, Mo, Mn, Ni), auksin dan
asam absisat, serta zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan hasil tanaman,
dan meningkatkan sifat antioksidan (Rathore et al., 2009).
Komentar
Posting Komentar