Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Bukan Empunya, Tapi Apa Jawabnya

Betapa berat kengerian hisab... Bermegah-megahan telah melalaikan kalian (Q.s. At-Takaatsur 102 : 1) Cinta pada dunia, nikmatnya, dan perhiasannya," demikian dikatakan Imam Ibn Katsir dalam Tafsirnya, "telah menyibukkan kalian dari mengharap akhirat; memikirkan, mengupayakan, serta memburunya." "Janganlah begitu! Kelak kalian akan tahu! Lalu janganlah begitu! Kelak kalian akan tahu! (Q.s. At-Takaatsur 102: 3-4). Imam Adh-Dhahhak menyatakan, "Ancaman pertama ditujukan bagi orang-orang kafir yang menumpuk dunia, menghitung-hitungnya, dan mengira harta itu dapat mengerjakannya. Adapun ancaman kedua ditujukan pada orang-orang beriman yang masih saja lalai, terpesona pada kekayaan, tertegun pada kemewahan, dan tertunduk di hadapan kemegahan." Nikmat harta justru seringnya membuat lupa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kata Imam Syafi'i, "Takkan sempurna kekayaan sampai kita memahami bahwa sedikitnya harta justru adalah ringannya perhi

Harta Qarun dan Warisan Sulaiman

Berkaca pada kisah Sulaiman 'Alaihissalam dan Fir'aun... Dari mereka kita tahu, kesombongan tak pernah berasal dari kelebihan yang dimiliki. Melainkan jiwa yang kerdil dan wawasan yang sempit. "Ini semata adalah karunia dari Rabbku, untuk menguji aku apakah aku akan bersyukur, atau justru kufur. Dan barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia tak lain bersyukur bagi kebaikan dirinya. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (Q.s. An-Naml 27:40) Sulaiman mewariskan kesyukuran, kesadaran dan kewaspadaan. Syukur untuk mensujudkan diri pada Sang Pencipta di setiap nikmat, yang kebaikannya kan kembali pada diri. Sadar bahwa segala yang dimilikinya tanpa kecuali semata-mata hanyalah karunia. Dan waspada bahwa setiap karunia itu hakikatnya ujian yang akan memperlihatkan keseharian dirinya ; sebagai hamba yang bersyukur ataukah hamba yang kufur. Ukuran kecintaan Allah kepada hambanya bukan dilihat dari banyak sedikitnya harta

Iman dan Akhlak...

Iman itu berkorelasi dengan akhlak. Bagaimana akhlak kita di luar sana ? Apakah selaras dengan ibadah yang kita jalani ? Coba kita koreksi lagi, mengapa akhlak kita kurang baik sedangkah ibadah wajib dan sunnah gak pernah ketinggalan ? Iman dan akhlak saling berkorelasi. Akar yang kuat akan menumbuhkan tumbuhan yang subur dan buah yang lebat. Iman yang kuat akan menciptakan akhlak yang baik. Lalu mengapa banyak fenomena dimana iman sudah mendapatkan asupan ilmu yang banyak namun tidak diamalkan dengan perbuatan? Sepertinya ada yang salah dari hati kita. “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Hati, ciptaan Allaah yang sangat rumit. Karena kerumitan yang luar biasa itu sehingga begitu banyak buku yang mengupas tentang hati. Tak pernah ketinggalan, taujiah yang sering terdengar pun berkaitan d

The Miracle of Do'a

ادْعُونِÙŠ Ø£َسْتَجِبْ Ù„َÙƒُÙ…ْ Ø¥ِÙ†َّ الَّØ°ِينَ ÙŠَسْتَÙƒْبِرُونَ عَÙ†ْ عِبَادَتِÙŠ سَÙŠَدْØ®ُÙ„ُونَ جَÙ‡َÙ†َّÙ…َ دَاخِرِينَ “ Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina ” (QS. Ghafir: 60) Secara bahasa, do’a berarti meminta atau memohon dengan sepenuh hati. Sedangkan menurut istilah syar’i, do’a berarti permohonan seorang hamba kepada Allah Ta’ala dengan sepenuh hati. Dan diartikan pula dengan pensucian, pemujaan dan semisalnya.  Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “ Do’a adalah sebab terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh do’a pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang do’anya berpengaruh begitu lemah karena sebab dirinya sendiri. Boleh jadi do’a itu adalah do’a yang tidak Allah sukai karena melampaui batas. Boleh jadi do’a tersebu

Diam dan Fikirkan..

Terdiam, ketika teringat terlalu banyak kata yang seharusnya tidak perlu diucapkan. Terlalu banyak perasaan yang diungkapkan, namun sejatinya tidak penting untuk orang lain dengar. Bisakah kau belajar dari teman-teman dekatmu yang lebih banyak diam namun karyanya bersuara ? Bukan karena tidak pandai berbicara namun karena baginya diam lebih bermakna daripada untaian kata yang terucap. Berfikir, sudahkah hari ini berfikir tentang hikmah hidup yang sedang kau jalani ? Hey manusia, mengapa kau begitu malas untuk berfikir tentang ke-Agungan ciptaan-Nya ? Justru, seringnya kau memikirkan hal-hal sepele yang anehnya menjadi besar di era modern ini ? Sejatinya itu sepele, sangat sepele. Kau lupa banyak hal-hal besar yang seharusnya kau pikirkan untuk Agamamu dan Negaramu. Tidakkah kau berfikir ? Ustadz Budi Ashari berkata, "Jika kau ingin menjadi orang besar maka fikirkan masalah yang besar pula, jika kau sakit hati hanya karena chatting WA mu tidak dibalas, bagaimana mau menjadi

Menembus Batas Ketidaknyamanan

Ada banyak hal yang membuat kita tidak nyaman. Sehingga pada akhirnya memutuskan untuk pergi dari ketidaknyamanan itu. Ada banyak hal yang sudah kita pilih, namun meninggalkan apa yang sudah kita pilih itu karena satu alasan yaitu "tidak nyaman". Masihkah kita menganggap wajar alasan itu ? Apa yang sudah kita pilih seharusnya menjadi komitmen yang mestinya juga dijalankan. Karena, diri kita masing-masing tahu betul alasan mengapa memilih satu pilihan dari banyaknya pilihan. Tidak lepas dari dua hal alasan pertimbangan yaitu  manfaat dan resikonya. Lalu, apa yang membuat kita begitu mudah meninggalkan apa yang sudah dipilih ? Mungkin kita lupa dengan pertimbangan resiko yang akan didapat. Lebih tepatnya kita tidak mencoba untuk menguatkan lagi niat awal yang sudah dibangun. Sehingga dengan mudahnya rasa tidak nyaman itu menghancurkan benteng kekuatan yang sudah dibangun di awal. Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan dengan ketidaknyamanan itu ? Rasa tidak nyaman tim